Ia yang juga piawai mengusir lara.
Yang disapunya duka perduka.
Lalu menerjangku dengan berjuta perbendaharaan kata.
Itulah ia, yang sementara liuk tubuhnya pun mengunci mata.
Aku menjadi enggan berkedip walau mata sudah berkaca-kaca.
Bayangkan jika air matanya adalah senjata, mungkin suara desahnya pun mengugut nyawa.
Ngomong-ngomong, kau tau siapakah ia yang aku maksud ?
Mrs.R
{ 0 komentar... read them below or add one }
Posting Komentar