Facebook Twitter RSS

Konsentrasi Pelajar Buyar Akibat Fantasi Mesum BF

Written by: Renald RHK on Sabtu, 27 Oktober 2012

Remaja punya rasa ingin tahu yang besar, salah satunya untuk urusan seks. Banyak remaja yang kemudian mencari tahu secara mandiri lewat pornografi. Sayangnya, rasa ingin tahu yang tak terkontrol bisa berbuah pada kecanduan dan berakibat fatal. Konsentrasi dan pikiran pun buyar karena di otaknya hanya berisi lamunan mesum.

"Remaja musti belajar, berolahraga, melakukan hobi dan melaksanakan kegiatan spiritual. Bukan tidak mungkin jika hal-hal positif dalam hidup jadi terbengkalai akibat pornografi," kata Dr. Andri Wanananda MS, seksolog dari Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanegara Jakarta ketika dihubungi detkHealth, Rabu (17/10/2012).

Sebuah penelitian yang dilakukan di Kanada di tahun 2008 menemukan bahwa semua pria dewasa ternyata pernah menonton pornografi. Yang mengejutkan, kebiasaan itu dimulai pertama kali saat rata-rata usia pria 10 tahun. Pada usia remaja, pornografi paling berpotensi menyebabkan gangguan otak.

Dalam setiap tahap perkembangan umur, otak manusia menglami perubahan fungsi. Ketika masih bayi dan anak-anak, manusia banyak menggunakan bagian otak primitifnya yang mengandalkan naluri. Menjelang remaja, otak bagian belakang lebih banyak berfungsi. Ketika dewasa, otak depannya yang lebih aktif.

Otak bagian belakang hanya bertugas menerima informasi tanpa melalui proses penyaringan atau analisis di bagian otak depan. Ketika seorang remaja melihat atau mendengar sesuatu yang berbau porno, semua rangsangan itu akan langsung masuk ke otak belakang tanpa tersaring.

Ketika rangsangan masuk, otak akan mengeluarkan cairan atau zat neurotransmiter yang membuat nafsu atau libido meningkat. Ketika lebih banyak informasi pornografi yang masuk ke otak, fungsi otak pun lebih banyak teralih pada bagian belakang. Akibatnya, bagian otak lainnya menjadi kurang aktif, terutama otak bagian depan yang seharusnya mulai diasah sejak remaja.

"Bagian erotiknya jadi berlebihan karena yang terus menerus diasah kan bagian itu terus. Akibatnya dapat mengganggu pusat-pusat lain di otak yang sangat penting bagi kehidupan, misalnya pusat keratifitas," terang dr Andri.

Semakin sering otak belakang dipakai dan semakin jarang otak depan dipakai. Akhirnya fungsi kognitif dan kecerdasan dapat terganggu. Hal ini kemudian dapat mengganggu proses kemampuan berpikir remaja.

Untuk membentengi remaja dari efek buruk pornografi, dr Andri menuturkan bahwa pendidikan keluarga, pendidikan spiritual maupun pendidikan formal di sekolah amatlah penting. Kecanduan pornografi sangat dipengaruhi oleh pendidikan dan pemahaman mental seseorang.

"Kalau anak soleh, ikut kegiatan agama atau taat beribadah, itu akan menjadi filter atau penyaring. Yang penting adalah pendidikan keluarga dan pendidikan moral lewat agama. Anak-anak yang kondisi rumahnya broken home, tidak dapat pendidikan agama dan spitritual, filternya tidak begitu bagus. Akibatnya jadi tidak bisa membedakan mana yang patut dicerna dan mana yang tidak," pungkas dr Andri.
Sumber : Detik.com

Bagikan ke :

Facebook Google+ Twitter Digg

Artikel Terkait :



{ 0 komentar... read them below or add one }

Posting Komentar

 

Copyright © 2012 RHKQ | Shares My Little Experiences. Design by RHK | All Rights Reserved