Facebook Twitter RSS

Tawa Jadi Tempat Sembunyi

Written by: Renald RHK on Senin, 29 Oktober 2012


Aku tersenyum.
Itu caraku menghias luka.
aku tertawa.
Itu caraku untuk sembunyi.

Aku jadi seringkali berhasil membuat orang tertawa di atas kedihanku, sebab kesenanganku dulu sudah banyak membuatnya sedih.
Bila aku semakin lucu, itu karena ia semakin jauh.
Mungkin ini karena banyak yang membenci aku saat dulu ia di dekat aku.

Setiap hari aku harus mencicip bayang-bayang yang pahit, setiap hari aku harus mengenyangkan kepalaku dengan itu.

Kekonyolanku adalah hal yang paling menyentuh, aku akan menunggu semua orang yang dapat memeluk aku yang tidak henti-hentinya bertingkah kocak, sampai saat aku tertawa sendiri, mereka amat terpuku.

Sementara saat-saat ini, tawa mereka hanyalah buah demi buah yang tumbuh dari caraku melarikan kepedihan.
Bila melemahkanku, mengapa tidak melelahkanku ?

Bila kemesraan mulai terkikis,

sulit mencicip sedapnya rasa,

ingatlah saat yang dulu,

kau telan tawa begitu lahap.


"Kurasa telingaku sudah kebal. Aku hanya ingin membalut mulutmu agar tidak menggigit diri sendiri. Kepalamu yang keras meremas-remas isinya sendiri. Didalam sana aku terlalu kecil, mudah remuk bagai kerupuk, Dulu kau terpaku olehku. Kini kau anggap aku paku dalam tubuhmu"

By : RHKQ

Bagikan ke :

Facebook Google+ Twitter Digg

Artikel Terkait :



{ 0 komentar... read them below or add one }

Posting Komentar

 

Copyright © 2012 RHKQ | Shares My Little Experiences. Design by RHK | All Rights Reserved